Halaman

links

Pengen nulis apa yah sekarang..

Posted by YAZID RIDLA the inspirational leader On Rabu, Februari 20, 2013

hellow... akhirnya gw membuat tulisan perdana gw buat majalah. tulisan gw tentang himpunan mahasiswa oseanografi masuk ke majalah TRITON ini linknya biar bisa baca baca sambil online: http://issuu.com/hmotritonitb/docs/majalah_hmo_triton_itb setelah berdiskusi ternyata ada isu isu bagus njih buat gw kaji terkait laut - ocean warming - ocean acidification - ocean deoxygenation - The Risks of Extreme Weather and Slow Onset Events in Indonesia - Indonesia, rank 9 of 10 most vulnerable nations to food security threats due to climate change impacts on fisheries (Matthew Huelsenbeck, Oceana, 2012) - Indonesia, rank 23 of 50 most vulnerable nations to food security threats from climate change and ocean acidification impacts on seafood availability (Matthew Huelsenbeck, Oceana, 2012) oke besok besok gw akan memperkaya wawasan gw tentang laut karena gw oseanografer

Cerdas berpartisipasi dalam hearing

Posted by YAZID RIDLA the inspirational leader On Minggu, Februari 10, 2013

Ada sebuah kebudayaan dalam kemahasiswaan di ITB yang dilakukan setiap kali diadakannya pemilihan ketua lembaga baik itu ketua himpunan, ketua unit, maupun presiden KM ITB yaitu hearing. Aktifitas ini merupakan sarana massa kampus untuk menilai kesiapan calon pemimpin yang akan mereka pilih. Kali ini saya akan sedikit bercerita tentang mekanisme hearing yang diadakan oleh himpunan mahasiswa oseanografi tempat saya bermain dan belajar. Dalam tiga kali penyelenggaraan pemilu himpunan yang saya ikuti, mekanisme hearing yang diterapkan oleh panitia memiliki tiga alur besar. Alur pertama adalah hearing penjabaran visi misi dan karakter cakahim lalu dilanjutkan dengan tes kesiapan cakahim dengan metode studi kasus dan sesi terakhir adalah pertanyaan bebas yang ditujukan oleh massa himpunan kepada para calon ketua. Hearing bebas ini bertujuan untuk menggali sedalam mungkin persiapan, karakter, strategi, dan wawasan yang dimiliki. Peserta hearing biasanya memiliki berbagai alasan subjektif untuk hadir. Dimulai dari yang hanya ingin memenuhi kuorum, melihat karakter calon, menelaah mimpi serta visi dan misi para calon, hingga berbagai kepentingan yang ingin dilaksanakan dalam forum tersebut. Secara garis besar tujuan peserta hearing adalah untuk melihat kesiapan para calon untuk memimpin mereka yang menjadi landasan keputusan untuk memilih. Proses hearing yang sangat rumit dan melelahkan inipun toh belum pernah menghasilkan kinerja memuaskan selama satu tahun kepengurusan suatu badan kepengurusan. Masih sangat banyak evaluasi keberjalanan program kerja dan pencapaian sasaran ketua himpunan terpilih yang sebagian besar disebabkan oleh kurangnya partisipasi anggota. Dimanakah letak kesalahannya?. Berbagai argumen pedas dilontarkan saat proses evaluasi akhir. Tak jarang emosi yang tidak terkendali mewarnai keberjalanan evaluasi yang berlarut larut. Hasil yang didapatkanpun tidak jauh berbeda dari tahun ke tahun. Kali ini saya akan menawarkan sebuah solusi yang dibentuk sejak awal proses keberjalanan suatu kepengurusan himpunan yaitu saat proses hearing. Kecenderungan yang terlihat dalam hearing adalah proses pembelajaran yang kurang lengkap. Apa sih yang didapat dari ribuan pertanyaan yang terlontar dan berusaha dijawab oleh para calon?. Calon ketua himpunan akan mendapatkan banyak masukan tentang bagaimana memimpin dan menjalankan program serta menghadapi kasus ekstrim. Peserta akan puas jika pertanyaan yang dia ajukan terjawab dengan baik dan kesal jika calon terlalu berbelit belit serta tidak memanjakan alur berfikir penanya. Peserta yang objektif akan menilai konten dan karakter sebagai bahan pertimbangan memilih ketua himpunan. Ada yang kurang dalam proses ini yaitu bagaimana peserta hearing melakukan pembelajaran bagi dirinya untuk siap dipimpin dan siap bekerja sama menjadi rakyat yang baik, cerdas, dan peduli. Peserta hearing yang cerdas seharusnya mampu melihat celah untuk berkontribusi dalam kepengurusan yang akan terbentuk. Korek informasi sebanyak banyaknya untuk bisa memetakan di posisi manakah nantinya kita akan berkarya bagi himpunan. Kenali lebih dalam tentang karakter para calon ketua untuk mempertimbangkan sikap yang akan kita tunjukkan sebagai anggota selama satu periode kepengurusan. Tentukan porsi keterlibatan dalam kepengurusan sesuai kebutuhan dan prioritas. Peserta hearing yang peduli seharusnya mampu membuat dirinya bukan menjadi masalah dalam kepengurusan yang akan berjalan namun menjadi inspirasi bagi “rakyat” lainnya untuk membantu ketua terpilih mencapai mimpinya untuk himpunan. Tanamkan komitmen dalam diri untuk berbakti. Tularkan komitmen tersebut kepada satu atau dua kawan lainnya agar semakin banyak kawan yang peduli. Sinergiskan semangat dengan mimpi yang ingin dicapai. Lapang dada, loyalitas, dan kritis menjadi modal sebagai “rakyat” yang peduli. Dengan menjadi peserta hearing, atau pemilu secara umum, yang cerdas dan peduli maka kita sudah menghasilkan percepatan dan dukungan yang sangat besar bagi ketua terpilih. Tidak perlu lagi masa internalisasi yang lama dan melelahkan yang dipenuhi oleh nuansa harapan kosong. Tidak perlu lagi memeras otak untuk menggerakkan jiwa jiwa yang lembam. Yang tersisa adalah kalimat kapan kita akan mulai bekerja. Arahkan kami untuk segera merealisasikan mimpi secara bersama sama. Betapa indahnya bila pemimpin memiliki rakyat yang kooperatif dan loyal. Koordinasi dan konsolidasi dengan mudahnya berjalan.