telah dimuat di koran SINDO pada tanggal 15 Desember 2010 di rubrik opini suara mahasiswa
EFEKTIVITAS angkutan massal umum dan kemandirian BBM Indonesia mungkin dapat menjadi impian strategis masyarakat Indonesia ke depan.
Rapinya barisan angkutan umum berkelanjutan menjadi satu langkah konkret penertiban transportasi perkotaan. Peningkatan pengguna angkutan umum akan berdampak pada penurunan jumlah pemakaian kendaraan pribadi dan konsumsi BBM per hari. Peniadaan subsidi BBM untuk mobil berplat hitam pada 2011 merupakan langkah yang belum tepat. Solusi terhadap lonjakan permintaan BBM yang sangat tinggi memang seharusnya dikaji secara komprehensif. Penggunaan yang tinggi merupakan efek domino dari beberapa sistem transportasi yang salah dan tidak terurus dengan sempurna.
Selain itu, tidak semua mobil berplat hitam juga milik masyarakat yang mampu membayar bensin mahal.Sebelum pemerintah mengeluarkan wacana tersebut,seharusnya sudah ada kajian mendalam tentang solusi menyeluruh dan dipublikasikan ke khalayak umum. Konsumsi BBM yang tinggi dapat ditemukan pada dunia industri dan transportasi. Khusus pada transportasi, tingginya penggunaan disebabkan banyaknya kendaraan boros energi karena mesin hasil produksi lama. Masih banyak “mobil tua”beredar di masyarakat.Jumlah kendaraan bermotor roda dua juga sangat tinggi. Selain itu, budaya berjalan kaki dan menggunakan sepeda untuk perjalanan jarak dekat pun sudah menurun.
Simpul-simpul kemacetan di perkotaan serta tidak terkendalinya jumlah kendaraan pribadi menjadi sumber masalah besar.Mental konsumtif masyarakat dan ingin pamer serta tidak adanya peraturan ketat tentang penggunaan kendaraan pribadi menyebabkan tidak efektifnya penggunaan mobil.Tidak tertibnya angkutan umum menyebabkan keresahan terhadap warga dan pengguna jalan. Solusi aktual dapat dihasilkan dari analisis keadaan sosial masyarakat setempat, penerapan peraturan yang ketat namun mengayomi,danpenyediaan prasarana pendukung yang dikerjakan secara berkesinambungan. Optimalisasi kendaraan umum dapat berupa pengadaan fasilitas baru dan peningkatan kualitas kendaraan.Fokus utama transportasi massal di sini adalah angkutan minibus,taksi,angkot,dan bus perkotaan yang berperan besar dalam masalah kemacetan.
Dibutuhkan sinergisasi dengan peraturan daerah yang membatasi volume kendaraan pribadi khususnya mobil di perkotaan.Tidak lupa pula dengan kontrol terhadap jumlah penumpang minimal persatuan mobilnya. Mobil-mobil yang hanya memuat penumpang satu orang adalah sumber utama kemacetan.Kita dapat belajar dari negara jiran,Singapura,tentang peraturan yang membatasi umur maksimal kepemilikan mobil pribadi. Jika hal itu diterpakan,dapat menjadi solusi dari tidak terkendalinya kenaikan permintaan jumlah kendaraan mobil per tahun.Namun,hal itu belum dapat diterapkan karena kondisi ekonomi bangsa yang belum stabil dan kesejahteraan yang belum terdistribusi secara merata.
Jumlah kendaraan pribadi masyarakat harus sangat diperhatikan dan dikendalikan sebagai salah satu treatmentcerdas dan mendidik. Potensi angkutan umum dan kemandirian BBM Indonesia yang sinergis tidak hanya sekadar mimpi.Terdapat banyak ahli yang berkecimpung dan mengurusi hal tersebut yang peduli dan banyak memberikan ide.Jika para ahli dan pemegang kebijakan publik memiliki visi yang sama tanpa diboncengi kepentingan pribadi serta masyarakat yang antusias dan mendukung penuh,pemecahan masalah rumit ini tidak memakan waktu yang lama.
Ini saatnya bagi Indonesia untuk berubah disertai dukungan penuh dalam bentuk tindakan nyata dari masyarakat.(*)
Yazid Ridla
Mahasiswa Oseanografi Institut Teknologi Bandung
0 komentar:
Posting Komentar