Halaman

links

Kepikiran tentang Jihad

Posted by YAZID RIDLA the inspirational leader On Minggu, Februari 05, 2012 No comments

Bismillahirrahmaanirrahiim...

pagi ini, Senin 6 Februari 2012, tiba-tiba gw teringat sebuah ceramah yang disampaikan sebagai rangkaian rukun sholat jumat oleh seorang ustad (lupa namanya) di masjid Batan sebelah ITB. Isi ceramah tentang makna dan bentuk jihad. sebagian besar isinya adalah mengerdilkan kewajiban berjihad dengan cara berperang dan mengutamakan berjihad terhadap hati dan keluarga. Khatib mengemukakan kisah-kisah dibatalkannya keinginan berperang beberapa pemuda oleh nabi karena orang tuanya. sang khatib mengintrepretasikan kisah ini sebagai dalil untuk menghindari jihad dengan cara berperang melawan kemungkaran, berperang saat saudara islam diserang. Khatib juga menegaskan tentang jihad yang paling penting adalah jihad melawan hawa nafsu, atau "jihad Hati". mendengar isi ceramah itu, pikiran gw terus bergejolak mencari makna sebenarnya dari kata jihad. mengingat-ingat kembali rangkuman definisi jihad oleh Sayyid Quthub, hingga menerjemahkan niat baik sang khatib. Akhirnya hanya rasa penasaran yang timbul didalam hati. namun sayangnya keinginan mencari tahu tersebut segera hilang setelah selesai makan siang dan menghadapi tugas-tugas kehidupan dan kuliah. Pagi ini akhirnya gw temukan sebuah jawaban di sebuah milist...

Hadits berbunyi:
رجعنا من الجهاد الأصغر إلى الجهاد الأكبرقالوا: وما الجهاد الأكبر؟ قال: جهاد القلب.

“Kita kembali dari Jihad kecil menuju jihad besar.” Mereka bertanya: “Apakah jihad paling besar itu?” Beliau bersabda: “Jihad hati.”


Berkata Imam Zainuddin Al ‘Iraqi:
Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam kitab az Zuhd dari hadits Jabir, dia berkata: “Di dalam sanadnya dha’if.” (Imam Al ‘Iraqi, Takhrijul Ahadits Al Ihya’, No. 2567)
Begitu pula disebutkan dalam Tadzkirah Al Maudhu’at, bahwa hadits ini dhaif. ( Al ‘Allamah Muhammad Thahir bin Ali Al Hindi Al Fatani, Tadzkirah Al Maudhu’at, Hal. 191)
Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan dalam Tasdidul Qaus bahwa ini adalah ucapan Ibrahim bin Abi ‘Ablah seorang tabi’in, sebagaimana dikatakan Imam An Nasa’i dalam Al Kuna. (Imam As Suyuthi, Ad Durar Muntatsirah fil Ahadits Musytahirah, Hal. 11. Mawqi’ Al Warraq. Imam Al Ajluni, Kasyful Khafa, No. 1362. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memberikan komentar terhadap hadits itu sebagai berikut:
“Tidak ada dasarnya, dan tidak diriwayatkan oleh seorang pun ahli ma’rifah (ulama) sebagai ucapan dan perbuatan Nabi Shallallahu ‘Alahi wa Sallam. Dan, jihad melawan orang kafir termasuk amal yang paling agung, bahkan dia adalah tathawwu’(anjuran) yang paling utama bagi manusia. Allah Ta’ala berfirman: “Tidaklah sama orang-orang beriman yang duduk (tidak pergi jihad) tanpa memiliki udzur (alasan yang benar), dibanding orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya. Allah mengutamakan satu derajat bagi orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya di atas orang-orang yang duduk saja. Kepada masing-masing mereka Allah menjajnjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang duduk dengan pahala yang besar.” (QS. An Nisa: 95). (Majmu’ Fatawa, 2/487. Mawqi’ Al Islam)
Wallahu A’lam

0 komentar:

Posting Komentar