Halaman

links

Keteladanan sebelum berdakwah

Posted by YAZID RIDLA the inspirational leader On Jumat, Maret 04, 2011 No comments

Menjadi seorang kader dakwah di kampus merupakan sebuah kenikmatan sendiri bagi tiap individunya. Tak dapat dipungkiri lagi manfaat yang dapat dirasakan darinya. Manfaat di dunia maupun tabungan amal untuk memperberat timbangan di yaumul hisab nanti. Selain mempelajari ilmu-ilmu alam dan sosial bersama teman-teman sejurusan seorang da’i juga mengajak objek dakwahnya untuk kembali mengenali dan menerapkan asas tauhidullah dalam kehidupan mereka. Tuntutan bergerak sinergis dalam amal jama’i juga menjadi suatu tantangan sendiri dalam perjuangan dakwahnya karena tidak mungin berdakwah seorang diri.
Namun dari sekian banyak da’i yang berjuang dalam ranah dakwah kampus tidak banyak yang dapat menjaga kestabilan dakwah mereka. Menyeimbangkan kegiatan berdakwah dalam organisasi dengan stabilnya kurva amalan yaumiah dan grafik prestasi. Sedangkan untuk membangun citra positif dakwah yang dibawanya, ia harus memiliki keteladanan yang sejalan dengan fungsinya sebagai mahasiswa di kampus.
Perilaku dan amal harian para da’i merupakan cerminan dari dakwahnya. Mereka adalah teladan dalam pembicaraan dan amalan. Karena itu mereka memperbaiki apa-apa yang rusa dan meluruskan perara yang bengkok. Mereka tidak pernah sembunyi dan melarikan diri dari manusia dan tidak merasa takut kepada siapapun kecuali Allah SWT. Tidak keluar dari mulut mereka kecuali kebaikan. Slogan mereka adalah: “Ashlih nafsaka wad’u ghairaka” yang berarti perbaiki dirimu, kemudian ajaklah orang lain. Lalu terdapat slogan lainya yang berbunyi: “Aqim daulatal islami fi qalbika, taqum fi ardhika” yang berarti tegakkan daulah islam di hatimu niscaya ia akan tertegak di bumimu. Karenanya pribadi seorang da’i mempunyai pengaruh besar bagi keberhasilan dakwah dan penyebaran risalahnya.
Allah menghendaki agar utusan-Nya menjadi teladan itu berasal dari kalangan manusia yang makan makanan dari bumi, berjalan di pertokoan untuk belanja, bersosialisasi dengan sesamanya sebagai kebutuhan, dan menjaga keberlangsungan dan eksistensi manusia dan islam di muka bumi dengan menghasilkan keturunan. Dialah rasul mengajaran manusia tentang al-kitab (al-Qur’an) dan hikmah, serta menjadi teladan dalam perilaku, ibadah, uamalah, dan kebiasaan sehari-harinya. Sunnatullah (ketetapan Allah) telah berlaku atas makhluk-Nya, bahwa Dia akan mengutus pada tiap-tiap kaum seorang rasul bahwa dari kalangan mereka sendiri.
Sesungguhnya islam menetapkan rasulullah sebagai sebaik-baik teladan bukan seedar untuk dibangakan, bukan pula untuk direnungkan saja. Namun islam menampilkan keteladanan itu dihadapan umat manusia agar bisa diikuti dan diterapkan pada diri mereka, sesuai kemampuan masing-masing. Islam melihat bahwa keteladanan merupakan sarana dakwah paling efektif kepada sesama manusia.Sehingga islam menetapkan tarbiyah yang kontinyu atas dasar prinsip keteladanan tersebut.
Keteladanan dalam berdakwah harus benar-benar diterapkan masing-masing individu. Tidak ada gunanya seorang pemimpin mendakwahi rakyatnya untuk hidup sederhana sementara ia hidup berfoya-foya. Ta ada gunanya orang yang berbuat dzhalim mendakwahi tentang kesantunan. Begitu pula dengan mahasiswa mendakwahi tauhid dan kebermanfaatan bagi masyarakat dan bangsa dalam koridor ilmu yang spesifik jika mendapat prestasi akademik dan non-akademik yang buruk.
Sungguh dakwah yang seperti itu yang tida akan menghasilkan sesuatupun. Bahkan mungkin akan meninggalkan pengaruh buruk dalam jejak dakwahnya. Sesungguhnya orang yang tidak memiliki sesuatu tidak mungkin dapat memberi sesuatu kepada orang lain.
Seorang mukmin sejati wajib memulai sesuatu dari dirinya sebelum dia mengajak orang lain. Sangat mudah bagi seseorang untuk mengaku beragama namun sulit untuk mempratktekkannya pada diri sndiri dan menjadikannya sebagai qudwh yang dapat dicontoh umat manusia.
Seseorang dapat menjadi seorang ilmuwan atau pakar dalam bidang ilmu alam maupun sosial. Menguasai ribuan teori fisis, kimia, maupun biologis ataupun teori-teori kemanusiaan. Mempelajari ayat-ayat kauniah yang Allah turunkan bukan dalam bentuk kitab dan wahyu melainkan kejadian-kejadian alam. Dan sungguh Allah memerintahkan manusia untuk empelajarinya dalam rangka memakmurkan bumi. Tetapi ilmu-ilmu tersebut tidak cukup untuk mengikat kita dengan suatu perilaku tertentu. Kita dapat menjadi ahli dari salah satu cabang ilmu tersebut, sementara pada saat yang sama perilaku yang ditunjukan memperturutkan hawa nafsu. Perilaku ini tidak berkait dengan status ilmuwan ataupun pakar hukum karena ilmu tersebut tidak memperdulkan masalah akhlak.
Lain halnya dengan mempelajari ilmu agama. Ketika kita menjadi aktifis dakwah yang ikhlas maka kita harus menjadi teladan bagi orang yang berada disekitarnya. Islam mengajarkan akhlak dan budi pekerti dalam pergaulan sesama manusia. islam juga membuka wawasan ilmiah yang tertera dalam alquran dan terbukti keberadaannya dalam panorama perilaku alam semesta.
Persoalan yang dihadapi aktfis dakwah kampus di setiap jenjang generasinya adalah keteladanan dalam bidang kompetensinya. Banyak aktifis yang terjebak dalam lingkaran aktifitas yang menyibukkan. Tidak sedikit aktifis jatuh dalam lubang yang sama yakni turunnya prestasi akademis saat berjubelnya amanah yang diterima.
Solusi konstruktif bagi para da’i kampus sekunder adalah dengan meningkatkan kompetensi dan kapabilitas dirinya yang komprehensif. Dia harus ekspert di bidangnya namun mempunyai ilmu yang lebih di bidang lain. Mahasiswa teknik biasanya tidak banyak peduli atau apatis terhadap permasalahan bangsa yang menyangkut politisasi masyarakat dan kebijakan. Mereka juga buta terhadap kondisi permasalahn masyarakat secara komprehensif. Dan ada pula yang tersesat dan melenceng dari jalan agama karena berlebihan dalam berlogika. Nah ini adalah esempatan bagi seorang aktifis untuk memiliki ketealadana lebih agar dapat diterima di kalangannya.
Perbaikilah siklus hidup harian dan efektifkan setiap waktu untuk mengingat-Nya serta meningkatkan kemampuan akademis. Bacalah dari banyak sumber dan pakar serta ambil sari pati ilmu dari mereka yang dapat kita jadikan bekal lebih dala berdakwah. Fokuskan pikiran dalam setiap tindakan yang dilakukan. Jika dalam kelas maka berkonsentrasilah dengan materi yang disampaian dosen atau guru dan jangan memikirkan kepentingan organisasi didalamnya. Saat memimpin sebuah organisasi maka fokuslah untuk membuatnya berkembang dan mengembangkan satff dan anggota.
Berbuat adil terhadap diri sendiri sangat dibutuhkan untuk mengefektifkan gerakan dalam mencapai tujuan hidup dan visi perjuangan. Terimalah amanah yang kira-kira sesuai dengan kemampuan dan kapasitas diri kita saat itu. Jangan berlebihan menerima amanah organisasi disaat diri tak mampu membagi waktu untuk mengembangkan akademis. Dan terakhir ingatlah dengan suatu pernyataan yang berbunyi: sesungguhnya kata-kata itu mempunyai kekuatan dengan kenyataan yang dipraktekkan, bukan dari keindahan susunannya.

Sumber: Fiqh Dakwah karangan Jum’ah Amin Abdul Aziz denga beberapa tambahan dari penulis

0 komentar:

Posting Komentar