Halaman

links

Menjadi pemuda dalam kebangkitan

Posted by YAZID RIDLA the inspirational leader On Senin, Juli 04, 2011 No comments

Hmm... sebenarnya udah lama ditulis tapi baru sempet di upload sekarang

Terlepas dari kontroversi sejarah akan kejanggalan penetapan Boedi Oetoemo sebagai simbol kebangkitan bangsa daripada Sarikat Islam, kita dapat melihat peran besar pemuda di dalamnya. Secara harfiah memang arti kata pemuda meunjuk pada usia tertentu pada manusia. Namun seiring perkembangan zaman, sifat-sifat pemuda tidak ditemukan pada sebagian besar anak muda. Konsumerisme teknologi dan budaya asing melunturkan nilai-nilai kebangkitan pemuda dan Indonesia serta mengancam eksistensi negara dimasa depan.
Potensi terbesar pemuda terletak pada kaum mahasiswa yang merupakan kaum intelektual independen dan kritis. Kondisi aktual sebagian besar mahasiswa memperburuk fakta miris negara ini. Saya ambil contoh fenomena berfikir mahasiswa di Institut Teknologi Bandung yang terkenal sebagai tempat bercokolnya calon-calon ilmuwan Indonesia katanya. Jika diklasifikasikan dalam piramida pesebaran mahasiswa ITB maka dapat dilihat bahwa tingkat dasar diisi oleh sebagian besar mahasiswa. Tingkat dasar berisi mahasiswa apatis gerakan kemahasiswaan dan hanya berorientasi pada kelulusan dengan indeks prestasi cukup memuaskan. Kepedulian terhadap kondisi bangsa hanya sebatas nangkring dimulut tanpa meninggalkan jejak dalam pemikiran dan hati. Kepeduliannya dikalahkan rasa penasaran menyelesaikan babak demi babak permainan komputer dan kesenangan pribadi. Diskusi-diskusi kebangsaanpun hanya sebatas tempelan di mading atau undangan di milist kampus. Mengikuti pola segi tiga, jumlah mahasiswa yang menempati level partisipan organisasi, aktivis, hingga ideolog kampus semakin berkurang secara signifikan.
Perbandingan kondisi ekonomi mahasiswa masa kini dan masa lalu memperliatkan tingkat konsumsi sebagian besar mahasiswa terhadap kesenangan semakin meningkat. Akibatnya semangat bergerak dan berkorbanpun semakin meredup. Selain itu juga sistem pendidikan yang semakin menekan mahasiswa untuk hanya berprestasi bagi diri sendiri dan tuntutan menyelesaikan studi dengan tepat waktu menjadi inhibitor gerakan mahasiswa. Dua faktor tadi hanya sebagian kecil contoh gerakan untuk mematikan gerakan mahasiswa dan tunduk pada segala kemauan pemilik kepentingan dalam negeri.
Namun sejatinya mahasiswa yang diberkahi kesempatan mencicipi manisnya idealisme kebangsaan tidak akan kalah oleh sistem yang mengekang. Aksi unjuk rasa oleh berbagai elemen mahasiswa di istana negara jumat 2 mei 2011 menjadi salah satu momentum perubahan. Pada kesempatan itu aliansi BEM Seluruh Indonesia (BEM SI) mendeklarasikan lima poin piagam kebangkitan Indonesia. piagam ini dapat merepresentasikan perubahan yang harus dilakukan oleh mahasiswa.
Kebangkitan pertama dimulai dari diri sendiri. Peningkatan kapasitas pribadi adalah bentuk kebangkitan berasas amanah formal lembaga pendidikan tinggi sebagai mahasiswa. Kapasitas pribadi mencangkup penguasaan dan prestasi dalam bidang akademik yang digeluti. Selain itu juga menerapkan tridharma perguruan tinggi yang salah satunya adalah pengabdian masyarakat. Bakti sosial dan community development merupakan bentuk peningkatan rasa empati sebagai bekal sosial masyarakat kedepannya bagi generasi harapan bangsa. Jika dilihat dalam piagam yang telah disebutkan sebelumya ini tertulis dalam poin ke empat. Nilai-nilai yang harus ditanamkan adalah semangat dan kepedulian kebangsaan serta berprestasi dalam bidang keprofesiannya.
Selanjutnya kebangkitan sistemik juga harus dilaksanakan oleh mahasiswa sejalan dan pararel dengan peningkatan kapasistas pribadinya. Proses ini adalah bentuk pembelajaran mahasiswa terhadap sistem sosial politik dan sistem kenegaraan. Peran mahasiswa adalah sebagai pihak netral yang selalu memihak pada kepetingan kesejahteraan rakyat. Sejatinya sistem politik demokrasi selalu menghasilkan friksi-friksi tanpa batas dan kepentingan-kepentingan egois banyak pihak. Permainan mediapun sangat besar pengaruhnya dalam kontrol opini masyarakat. Oleh karena itu mahasiswa sebagai bagian dari sistem masyarakat negara ini harus turut serta melawan opini dan kebijakan publik yang bertentangan dengan UUD 45 dan keadilan rakyat kecil.
proses kebangkitan tadi hanya berupa retorika semata jika berakhir dalam kata-kata. Semua pihak yang merasa bahwa kebangkitan adalah suatu kebutuhan mutlak bangsa ini untuk maju maka harus sepenuhnya mendukung. Jadikan momentum kebangkitan tahunan ini sebagai bentuk follow up dan evaluasi proses sebelumnya . Selanjutnya solusi-solusi praksis akan terus bermunculan dengan beragam inovasi dan kesatuan gerakanpun akan terbentuk kembali.

0 komentar:

Posting Komentar